ARTICLE AD BOX
loading...
Donald Trump mau membangun legasi sebagai pembawa perdamaian. Foto/X
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mau menjadi pemimpin nan selalu diingat dalam sejarah di negaranya dan di seluruh dunia. Karena itu dia mempunyai strategi unik untuk mewujudkannya.
Bukan hanya lantaran banyak gebrakannya untuk mewujudkan kepentingan AS di atas segalanya. Tetapi, dia juga mempunyai legasi untuk menjadi presiden nan dicintai rakyatnya.
Trump Ingin Membangun Legasi untuk Dikenang oleh Dunia, Berikut 2 Strateginya
1. Ingin Dikenang Membangun Perdamaian
Presiden AS Donald Trump mengatakan dia mau dikenang oleh sejarah sebagai "pembawa perdamaian," dan menegaskan kembali komitmennya untuk mengakhiri bentrok militer, khususnya krisis Ukraina.
Ia menyampaikan pernyataan tersebut kepada banyak orang di Konferensi Aksi Politik Konservatif (CPAC) pada hari Sabtu, nan berkumpul untuk memperingati bulan pertamanya menjabat. Trump telah berulang kali menyatakan niatnya untuk segera mengakhiri bentrok Ukraina, dengan argumen bahwa dia mempunyai "kekuatan untuk mengakhiri perang ini" untuk "menyelamatkan nyawa."
"Saya berambisi warisan terbesar saya adalah sebagai pembawa perdamaian, bukan penakluk, saya tidak mau menjadi penakluk," kata presiden AS kepada hadirin.
2. Ingin Jadi Pemimpin Pemersatu
Pernyataan itu menggemakan pidato pelantikannya, ketika Trump mengatakan dia mau dikenang sebagai "pembawa perdamaian dan pemersatu," menambahkan bahwa kekuatan suatu bangsa kudu diukur dari perang nan diakhirinya alias dicegahnya, bukan dari perang nan dimenangkannya.
Pernyataan itu tampaknya merujuk pada pendahulunya Joe Biden, nan menghabiskan miliaran dolar untuk mempersenjatai Kiev dan secara besar-besaran meningkatkan pasokan senjata ke Ukraina pada minggu-minggu terakhir masa jabatannya.
Trump telah berulang kali menyalahkan Biden atas bentrok Rusia-Ukraina nan sedang berlangsung, dengan menyatakan bahwa perang tidak bakal pernah meletus jika dia tetap menjabat. Menurut Trump, pernyataan pendahulunya tentang kemungkinan Kiev berasosiasi dengan NATO merupakan provokasi kritis nan secara langsung berkontribusi pada bentrok tersebut.
Baca Juga: Rusia Tetap Jadi Pemenang, Ukraina Kalah Memalukan
Berbicara di CPAC, Trump juga mengatakan dia percaya "kita cukup dekat" dengan kesepakatan tentang Ukraina. Pernyataan itu muncul di tengah perbincangan AS-Rusia nan semakin intensif nan difokuskan pada upaya perdamaian untuk menyelesaikan bentrok Ukraina.
Pada hari Sabtu, Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan bahwa pemerintahan Trump konsentrasi untuk melanjutkan pembicaraan dengan kedua belah pihak dan optimis bahwa kesepakatan tenteram dapat dicapai "minggu ini."
Perkembangan ini menyusul pembicaraan tingkat tinggi antara diplomat AS dan Rusia nan berjalan di Arab Saudi minggu lalu. Pertemuan tersebut, nan menandai upaya langsung pertama oleh kedua pihak untuk menormalisasi hubungan setelah nyaris tiga tahun permusuhan di bawah pemerintahan Biden, difokuskan pada pemulihan hubungan bilateral dan penyelesaian bentrok Ukraina. Negosiasi tersebut secara unik mengecualikan perwakilan Ukraina dan Uni Eropa.
Baik Moskow maupun Washington memuji pembicaraan di Riyadh, sebuah inisiatif dari presiden Rusia dan AS, sebagai pembicaraan nan sangat produktif.
(ahm)