Sound Horeg, Dentuman Yang Jadi Napas Hiburan Sekaligus Ekonomi Rakyat Blitar

Sedang Trending 2 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

- Di tengah gegap gempita tren digital, Blitar justru mempertahankan satu corak intermezo unik ialah sound horeg. Fenomena ini bukan sekadar pagelaran musik dengan sound system bervolume tinggi dan iringan DJ, melainkan telah menjelma menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat Blitar. Bahkan menjadi simbol pamor antardesa.

Pada tahun 2018, tiap desa di Blitar saling berkompetisi menghadirkan pagelaran sound horeg paling meriah. Tak hanya soal besar dan kerasnya suara, tapi juga soal siapa DJ nan tampil.

DJ dan para gadis-gadis berjoget jadi bintangnya, didukung panggung sederhana di lapangan terbuka dan tiket masuk nan hanya Rp5 ribu - Rp10 ribu. Tapi jangan salah, animo penduduk luar biasa.

1. Ciptakan Persaingan

Ratusan orang tumpah ruah menonton, berjoget, dan melepas penat. Ada semacam kebanggaan ketika desa sukses menggelar aktivitas paling horeg di antara desa lain, menciptakan persaingan nan justru membangun organisasi dan mendorong kreativitas.

Pertunjukan ini awalnya berjalan di area nan cukup terkendali seperti lapangan desa, namun belakangan mulai merambah ke jalanan dan permukiman. Di sinilah gelombang pro dan kontra mulai muncul.

Sebagian penduduk menikmati itu sebagai hiburan, namun tak sedikit pula nan terganggu oleh kebisingan hingga menyebabkan kerusakan. Merespons kekhawatiran itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur apalagi sempat mengeluarkan fatwa.

2. Didukung Bupati

(Credit: instagram.com/brewogaudio)

Fatwa tersebut menyatakan bahwa sound horeg bisa dianggap haram jika digunakan secara berlebihan alias menimbulkan kemungkaran. Fatwa tersebut menyarankan agar penggunaan sound system besar untuk intermezo dibatasi dan tidak dilakukan di luar waktu nan pantas.

Namun bunyi masyarakat Blitar justru memberi warna baru dalam perdebatan ini. Bupati Blitar memandang kejadian sound horeg dari sisi lain. Ia menilai bahwa aktivitas ini justru berpotensi menjadi motor penggerak ekonomi rakyat.

Dalam sebuah wawancara, dia menyatakan bahwa sound horeg tidak bakal dilarang, tapi justru bakal difasilitasi agar lebih tertib. Pemerintah Kabupaten Blitar apalagi sudah menerbitkan Surat Edaran unik dan merancang pagelaran sound horeg resmi nan bakal menampilkan lomba sound system dan DJ. Acara ini diharapkan bisa memberi ruang kondusif dan produktif bagi para pelaku intermezo lokal, serta menghindari potensi bentrok di lapangan.

3. Digandeng Ulama

Menariknya, sound horeg juga telah merambah ranah religi. Gus Iqdam, tokoh kepercayaan muda nan sangat terkenal di Blitar, menggandeng para pelaku sound horeg. Pengajian tersebut dibuka dengan dentuman beat elektronik ala konser EDM, nan disambut antusias ribuan jamaah.

Format ini tentu mengundang kontroversi, dan MUI Jawa Timur menyebutnya sebagai perihal nan 'tidak pantas', meskipun tak menyebutnya haram. Fenomena ini menunjukkan sungguh fleksibelnya sound horeg dalam menyesuaikan diri dengan konteks sosial masyarakat, dari intermezo hingga ruang-ruang spiritual.

Dalam lingkup lokal, beberapa nama 'artis horeg' Blitar mulai mencuri perhatian dan menjadi ikon komunitas. Meski belum dikenal secara nasional, kehadiran mereka sangat dinanti dalam tiap acara desa alias event-event besar seperti seremoni HUT RI dan karnaval kampung.

4. Penggerak Ekonomi

(Credit: instagram.com/brewogaudio)

Misalnya, event seremoni Hari Jadi Blitar alias pasar malam keliling sering menampilkan panggung horeg sebagai atraksi utama. Bahkan tak sedikit penduduk nan datang dari luar kota hanya untuk merasakan atmosfer unik Blitar.

Lalu kenapa sound horeg begitu dicintai penduduk Blitar? Jawabannya bisa jadi kompleks. Sebagian penduduk melihatnya sebagai corak pelarian dari rutinitas harian nan melelahkan dan tekanan ekonomi nan sulit.

Di sisi lain, sound horeg juga membuka ruang upaya bagi warga. Dari sewa sound, jasa DJ, pedagang kaki lima, hingga jasa parkir. Maka tak heran jika bagi sebagian warga, horeg bukan sekadar hiburan, tapi roda ekonomi nan nyata.

5. Budaya Hiburan

Fenomena ini memperlihatkan wajah lain dari budaya intermezo di Indonesia. Di saat sebagian masyarakat urban sibuk berburu tiket konser mahal di kota besar, penduduk Blitar justru menciptakan bumi intermezo mereka sendiri, dengan langkah nan sederhana tapi penuh gairah.

Sound horeg mungkin bukan untuk semua orang, tapi bagi masyarakat Blitar, dia adalah degub kehidupan nan nyaring sekeras dentuman bass nan tak pernah berakhir bergetar dari satu desa ke desa lain.