ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Eddy Hartono berterima kasih lantaran tidak ada tindakan terorisme di Idonesia dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Menurutnya, situasi kondusif lantaran masifnya kampanye mengenai mengerti radikalisme.
Hal itu disampaikan Eddy dalam sambutannya di aktivitas peluncuran kitab 'Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah serta pemutaran movie 'Road to Resilience nan dibuat oleh Kreasi Prasasti Perdamaian di Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Jakarta, Kamis (27/2/2025). Dia mengaku selalu melakukan monitoring di media sosial dan sudah men-take down ribuan akun diduga menyebarkan mengerti radikalisme.
"Terima kasih Pak Anwar Huda. Jadi kitab dan movie tadi itu, ini kampanye untuk mengerti radikal terorisme. Alhamdulillah ya walaupun tiga tahun terakhir ini tidak terjadi peristiwa tindak pidana terorisme. Namun demikian dan tetap kami BNPT bekerja-sama dengan kementerian/lembaga BNPT, ada TNI, ada Polri, ada BIN, ada Bais, dan lain-lain Pak. Kami setiap hari Pak, di sini ada Pak Tommy Zakaria dari BIN, setiap hari kami monitor Pak," kata Eddy.
Edi menuturkan pihaknya berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) melakukan monitoring di media sosial. Ribuan akun diduga terafiliasi dengan radikalisme sehingga dilakukan take down.
"Untuk monitor sekarang ini adalah perkembangan di sosial media Pak. Tahun 2024 saja itu kurang lebih ada tiga ribuan pak, akun nan kami lakukan pemutusan akses ataupun di-take down, nyaris kurang lebih sebetulnya, tiga ribu. Nah itu kebanyakan mereka menggunakan platform dari media sosial, baik itu Facebook, Telegram, dan lain-lain," ujarnya.
"Dan kami berbareng dengan Kementerian Komunikasi dan Digital, Komdigi, untuk terus melakukan antisipasi agar jangan sampai di ruang siber ini, ini menjadi tempat penyebaran mengerti radikal terorisme," lanjutnya.
Lebih lanjut, Eddy menyampaikan ucapan terimakasih atas terbitnya kitab Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah lantaran dapat menjadi pembelajaran. Dia menyebut wanita dan anak-anak banyak menjadi korban dari paparan radikalisme.
"Dan juga saya terima kasih juga kepada terbitnya kitab Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah ini. Ini menjadi pembelajaran Pak. Buat kita semua. Tetap nan jadi korban wanita dan anak-anak. Dan ini dari PBB juga sudah menyuruhkan bahwa setiap negara personil PBB itu wajib melakukan perlindungan terhadap wanita dan anak. Makanya Pak Deputi III sudah melakukan dengan beberapa pihak dari UN dan dari PPPA, Menteri PPPA, membikin modul buku-buku," imbuhnya.
(dek/dek)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu