10 Genosida Terburuk Dalam Sejarah, Dari Pembantaian 55 Juta Suku Asli Amerika Hingga Aksi Genghis Khan

Sedang Trending 4 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

loading...

Genghis Khan membantai lebih dari 60 juta orang di seluruh dunia. Foto/World Atlas

WASHINGTON - Tidak ada nan mulia alias berbobot dalam genosida , nan biasanya didefinisikan sebagai "pembunuhan nan disengaja terhadap sejumlah besar orang dari suatu bangsa alias golongan etnis tertentu dengan tujuan menghancurkan bangsa alias golongan tersebut." Hilangnya seluruh golongan masyarakat pada akhirnya merupakan kerugian bagi bumi lantaran kita selalu mendapatkan faedah dari tradisi dan budaya sepupu dan rekan kita nan berkelanjutan.

Kata genosida pada dasarnya kontroversial, lantaran mengakui suatu peristiwa berfaedah membebankan tanggung jawab reparasi kepada pemerintah nan ada saat ini. Sungguh menyedihkan menyadari bahwa daftar ini mencakup nyaris setiap bagian planet ini, nan melibatkan banyak negara modern. Karena dalam beberapa kasus, kengerian ini terjadi belum lama berselang, dan lebih jelek lagi: para pelakunya tetap hidup sebagai orang merdeka.

10 Genosida Terburuk dalam Sejarah, dari Pembantaian 55 Juta Suku Asli Amerika hingga Aksi Genghis Khan

1. Jerman: Genosida nan Dilakukan Nazi dalam Perang Dunia II

Melansir World Atlas, sebuah mimpi jelek nan lahir dari ideologi nan penuh kesombongan; Genosida nan dilakukan oleh Reich Ketiga dilakukan melalui pemusnahan sistematis terhadap mereka nan dianggap 'lebih rendah'. Laporan di media di seluruh negeri membikin publik mengetahui bahwa pembunuhan sedang terjadi di kamp-kamp kematian nan penuh sesak. Total pembunuhan, nan ditargetkan pada populasi Yahudi/minoritas, tawanan perang Soviet, alias sekitar 8% dari populasi Polandia, berjumlah antara 9,3 juta hingga 13,5 juta orang.

Kanselir Jerman, Adolf Hitler, menerima penghormatan Nazi saat dia menunggang kuda menuju kemenangan melalui Danzig pada 19 September 1939. Sebagian besar tragedi ini terjadi antara tahun 1941 dan 1945, meskipun kejahatan terhadap Polandia dimulai pada tahun 1939. Kengerian ekstrem ini seringkali dicapai dengan menempatkan orang-orang di bilik gas di kamp konsentrasi.

Salah satu kamp tersebut, Auschwitz, tetap berdiri dan memamerkan jutaan sepatu korban nan diawetkan dalam pajangan kaca. Barang-barang ini menjadi pengingat bagi semua nan berjamu bahwa kewaspadaan terhadap kejahatan semacam itu, baik dalam kepemimpinan maupun diri kita sendiri, sangatlah penting.

Baca Juga: Greta Thunberg: Bagaimana Mungkin Dunia Bungkam tentang Gaza

2. Uni Soviet: Holodomor

Melansir World Atlas, dilupakan oleh banyak orang dan jarang diajarkan di pendidikan anak usia dini, serangan sadis Uni Soviet ini telah melewati tahun-tahun kegelapan. Antara tahun 1932 dan 1933, sekitar 4 juta penduduk Ukraina kemungkinan sengaja dibiarkan meninggal kelaparan oleh negara Soviet. Kelaparan buatan ini terjadi sebagai respons terhadap perlawanan kaum tani Ukraina terhadap kebijakan Soviet.

Partai Komunis mau membatasi pertanian agar pertanian kolektif nan dikelola negara dapat menggantikan pertanian kecil. nan lebih parah lagi, pemerintah Soviet tidak menerima tawaran support dari kelompok-kelompok seperti Palang Merah. Saat ini, pemerintah Rusia terus menyangkal bahwa kematian tersebut merupakan 'genosida', nan merupakan gambaran nan mungkin tentang gimana mereka merasa berkuasa untuk menginvasi Ukraina selama dasawarsa terakhir. Reporter nan membocorkan buletin genosida Holodomor ke Barat, Gareth Jones, dibunuh oleh (diduga) pemasok Soviet di Mongolia dua tahun kemudian.

3. Kamboja: Pol Pot

"Pol Pot" adalah wajah musibah Asia Selatan ini. Antara tahun 1975 dan 1979, pemerintahannya (Khmer Merah) mengatur pembunuhan sekitar 3 juta orang, melalui kamp-kamp kematian nan diisi oleh kota-kota nan dievakuasi.

Melansir World Atlas, motifnya adalah untuk menciptakan negara sosialis agraris. Beberapa bulan sebelum dimulai, Khmer Merah menerima persetujuan dan support dari Mao Zedong dan Partai Komunis Tiongkok. Khususnya, Amerika Serikat juga dituduh mengabaikan genosida tersebut untuk memenuhi tujuan politik di tempat lain, selama Perang Vietnam.

Pembunuhan massal terjadi dengan memilih orang-orang terpelajar, profesional, dan intelektual, untuk tujuan mengatasi perlawanan terlebih dahulu. Etnis tertentu juga menjadi sasaran, seperti minoritas Thailand dan Tionghoa, serta penduduk Kristen dan Muslim Kamboja. Khmer Merah terkenal lantaran penggunaan tentara anak nan diindoktrinasi, dan pembantaian tersebut baru berhujung setelah Vietnam menginvasi dan merebut kekuasaan Khmer Merah.

4. Rwanda: Pembantaian Etnis

Terlalu baru untuk dilupakan, Genosida Rwanda 1994 meresahkan dan mencemaskan bumi nan menyaksikannya selama periode tiga bulan, hingga akhirnya berhujung di pertengahan Juli. Lebih dari separuh juta orang tak berdosa menjadi sasaran milisi Hutu, dalam upaya untuk melenyapkan golongan etnis Tutsi.