ARTICLE AD BOX
- Di kembali gelak tawa nan mereka hadirkan di atas panggung, siapa sangka tiga komika ternama, Fajar Nugra, Randhika Djamil, dan Sadana Agung, pernah merasakan pahitnya hidup saat dompet betul-betul menipis.
Dalam sebuah kesempatan saat mempromosikan movie horor-komedi terbaru mereka, WARUNG POCONG, ketiganya blak-blakan mengenai babak tergelap dalam hidup mereka ketika dihadapkan pada pilihan sulit: menyerah pada keadaan alias mencari jalan pintas nan berisiko. Berikut selengkapnya.
Baca buletin lainnya seputar WARUNG POCONG di .
2. Jual Sepatu
WARUNG POCONG (Credit: instagram.com/filmwarungpocong)
Tak hanya itu, laki-laki nan dikenal santuy ini juga kudu merelakan koleksi sepatu Converse kesayangannya nan sudah dia kumpulkan dengan susah payah. Sebuah keputusan berat nan hingga sekarang tetap membekas di ingatannya.
"Saking sayangnya, dulu gue sampe liatin terus sepatunya sebelum tidur," kenangnya.
3. Berbau Mistis
WARUNG POCONG (Credit: instagram.com/filmwarungpocong)
Pengalaman pahit tersebut membuatnya berpikir, di saat kepepet, manusia bisa melakukan hal-hal di luar nalar, termasuk nan berbau mistis. Fajar terkenang masa kecilnya saat dia dan teman-temannya masuk ke sebuah rumah kosong nan dikabarkan sebagai tempat pesugihan untuk menggandakan uang.
"Ada ruangan rahasia di kembali tembok nan dipasang wallpaper. Isinya kertas-kertas aneh, ruangannya baunya kemenyan," ceritanya, menambahkan bahwa pengalaman itu membuatnya merenung tentang mitos pesugihan nan selama ini dia ragukan.
4. Titik Terendah
WARUNG POCONG (Credit: instagram.com/filmwarungpocong)
Lain lagi dengan Randhika Djamil. Ayah dua anak ini mengaku pernah berada di titik terendah pada tahun 2018, setelah berakhir bekerja di radio. Selama enam bulan, suami dari Irma Tri Septiani ini hidup tanpa penghasilan tetap. Namun, baginya, prinsip hidup adalah nan utama. Terkait pesugihan, dia langsung terkenang akibat mengerikan soal tumbal.
"Tumbal itu kan berfaedah kudu ada nan dikorbankan, dan selama itu nyangkut ke istri alias anak, gue nggak bakal pernah sanggup. Selama tetap bisa jual peralatan alias nawarin jasa, gue bakal upaya sendiri," tegas Randhika.
5. Jualan Penghapus
WARUNG POCONG (Credit: instagram.com/filmwarungpocong)
Sementara itu, Sadana Agung menunjukkan bahwa produktivitas bisa lahir dari kondisi paling mendesak sekalipun. Ia punya cerita unik dari era SD, di mana dia terpaksa berdagang penghapus kepada teman-temannya hanya untuk mendapatkan ongkos pulang.
"Jualan setip buat ongkos pulang sih udah paling aneh," ujarnya sembari tertawa.
6. Menghadapi Masa Sulit
WARUNG POCONG (Credit: instagram.com/filmwarungpocong)
Kebiasaan mencari solusi imajinatif itu bersambung hingga dewasa, di mana dia pernah menjadi joki skripsi demi mendapatkan duit tambahan. Meski pernah mendengar cerita soal kawan nan bisnisnya laku manis diduga lantaran penglaris, Sadana tetap berpegang teguh pada prinsipnya. Baginya, jalan pintas seperti pesugihan sudah tidak relevan di era sekarang.
Kisah dari ketiga komedian ini menjadi bukti bahwa setiap orang pernah menghadapi masa sulit. Namun, pilihan untuk tetap waras dan berjuang di jalan nan betul adalah nan membedakan. Dari cerita mereka, kita belajar bahwa solusi terkadang datang dari cara-cara sederhana, bukan dari jalan gelap nan menjanjikan kekayaan instan.
Lantas, gimana jadinya jika drama hidup mereka nan penuh lika-liku ini dituangkan dalam akting di movie WARUNG POCONG? Tentu bakal sangat menarik untuk disaksikan.
7. Q & A Seputar WARUNG POCONG
WARUNG POCONG (Credit: instagram.com/filmwarungpocong)
Apa itu WARUNG POCONG nan dibintangi Fajar Nugra, Randhika Djamil, dan Sadana Agung?
WARUNG POCONG adalah sebuah movie seram komedi nan dibintangi oleh Fajar Nugra, Randhika Djamil, dan Sadana Agung. Film ini mengisahkan tentang tiga pemuda nan terjerat masalah finansial dan mengambil pekerjaan di sebuah warung misterius dengan penghasilan fantastis, namun justru terjebak dalam situasi horor.
Kapan movie WARUNG POCONG dijadwalkan tayang di bioskop?
Film WARUNG POCONG dijadwalkan tayang di bioskop pada tahun 2025.