ARTICLE AD BOX
Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan negaranya tidak takut dengan perang, namun tidak menginginkan adanya perang. Namun jika Israel dan Amerika Serikat (AS) menyerang, Pezeshkian menegaskan Iran bakal melawan "dengan kekuatan penuh".
Pezeshkian, seperti dilansir Reuters dan Jerusalem Post, Sabtu (30/8/2025), menuduh Tel Aviv dan Washington berupaya untuk "memecah belah dan menghancurkan" Teheran.
"Amerika dan Israel berupaya memecah belah dan menghancurkan Iran, tetapi tidak ada penduduk Iran nan menginginkan Iran terpecah belah," kata Pezeshkian dalam sebuah wawancara televisi nan direkam sebelumnya dan disiarkan pada Jumat (29/8).
"Sejak hari-hari pertama revolusi, musuh-musuh berupaya melakukan pembunuhan, kudeta, dan memecah belah negara," sebutnya, sembari mengatakan bahwa Iran "berdiri teguh" melawan pihak-pihak nan dianggap sebagai musuh.
"Kami tidak mau berperang, tetapi kami juga tidak takut perang," tegas Pezeshkian dalam wawancara tersebut.
Pernyataan terbaru Pezeshkian ini disampaikan di tengah meningkatnya ketegangan regional, dengan Iran dan Israel saling memperingatkan soal konfrontasi baru setelah perang selama 12 hari nan berjalan antara kedua negara pada pertengahan Juni lalu.
Rentetan pengeboman oleh Israel terhadap akomodasi nuklir dan militer, serta area permukiman, di beragam wilayah Iran pada saat itu menewaskan lebih dari 1.000 orang. Para komandan senior dan intelektual nuklir Iran termasuk di antara korban tewas.
Teheran membalas dengan melancarkan rentetan serangan rudal dan drone, nan menewaskan puluhan orang di wilayah Israel.
AS, sekutu Israel nan sempat berasosiasi dalam perang dengan turut mengebom situs-situs nuklir Iran, melakukan melakukan mediasi dan mengumumkan penghentian pertempuran pada 24 Juni lalu. Meskipun pertempuran telah berakhir, tidak ada kesepakatan nan meresmikan gencatan senjata antara Iran dan Israel.
Para pejabat Iran sejak saat itu telah memperingatkan bahwa pertempuran baru dapat kembali terjadi kapan saja. Mereka juga menekankan bahwa Teheran tidak menginginkan perang, tetapi tetap siap menghadapi konfrontasi apa pun.
Wakil Presiden Pertama Iran Mohammad Reza Aref mengatakan, pekan lalu, bahwa Teheran kudu "siap setiap saat untuk konfrontasi".
"Kita apalagi tidak berada dalam gencatan senjata; kita berada dalam penghentian permusuhan," katanya pada saat itu.
(nvc/idh)