Panas Ekstrem Dan Banjir Kian Mengancam Eropa

Sedang Trending 1 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Tidak ada benua lain nan memanas secepat Eropa. Laporan Kondisi Iklim Eropa 2024, nan dirilis Selasa (15/04) menunjukkan, pada tahun lalu, Eropa memecahkan rekor suhu terpanas. Cuaca ekstrem pun mengubah kehidupan nyaris separuh juta orang.

Laporan nan disusun oleh sekitar 100 peneliti dari Layanan Perubahan Iklim Uni Eropa, Copernicus, dan Organisasi Meteorologi Dunia ini menunjukkan, suhu rata-rata di seluruh Eropa telah meningkat sekitar 2,4 derajat Celsius sejak Revolusi Industri pada pertengahan abad ke-19. Kecuali Islandia, nan lebih dingin dari rata-rata, seluruh benua mengalami suhu di atas rata-rata.

Secara global, suhu rata-rata meningkat sebesar 1,3 derajat Celsius, menjadikan tahun 2024 sebagai tahun terhangat sejak pencatatan cuaca dimulai.

"Suhu lautan sangat tinggi, permukaan air laut terus meningkat, lapisan es dan gletser terus mencair," Samantha Burgess, salah satu penulis utama laporan tersebut, mengatakan kepada wartawan.

"Semua ini terjadi lantaran konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer terus meningkat, mencapai rekor tertinggi lagi pada tahun 2024. Sejak tahun 1980-an, Eropa telah memanas dua kali lipat dari rata-rata global," tambahnya.

Banjir, panas ekstrem menakut-nakuti kehidupan

Rekor suhu tersebut berakibat luas pada tahun 2024. "Ini bukan sekadar nomor suhu rata-rata global. Ini betul-betul berakibat pada skala regional dan lokal," ujar Florence Rabier, Direktur Jenderal Pusat Prakiraan Cuaca Jangka Menengah Eropa, nan berkontribusi pada Copernicus.

Banjir besar, gelombang panas, badai, alias kekeringan, serta cuaca ekstrem nan dipicu perubahan suasana akibat aktivitas manusia, semakin mempengaruhi kehidupan sekitar 750 juta orang di Eropa.

Banjir besar di wilayah Valencia, Spanyol, pada Oktober dan November lampau menewaskan lebih dari 220 orang. Arus hujan lebat, nan memecahkan semua rekor sebelumnya hanya terjadi dalam beberapa jam. Akibatnya, rumah, mobil, dan prasarana hancur. Pemerintah Spanyol sejauh ini menjanjikan support rekonstruksi dan kompensasi sebesar €16 miliar.

Hanya satu bulan sebelumnya, hujan tanpa henti akibat Badai Boris menyebabkan banjir besar di kota-kota di delapan negara di Eropa tengah dan timur. Pada tahun lalu, diperkirakan 413.000 orang terkena akibat di seluruh Eropa lantaran banjir dan badai, dengan sekitar 335 orang kehilangan nyawa.

Sementara di saat musim panas, Eropa dilanda panas terik dengan jumlah hari tertinggi kedua dan tekanan panas ekstrem nan pernah tercatat. Eropa timur, khususnya, sangat panas dan kering, dan Eropa selatan dilanda kekeringan panjang, apalagi di bulan-bulan musim dingin.

Sebaliknya di Eropa barat, hujan turun lebih banyak dibandingkan rata-rata sejak 1950. Hujan lebat, dikombinasikan dengan kondisi kekeringan, dengan drastis meningkatkan akibat banjir. Tanah kering nan lama terpanggang mentari tidak bisa menyerap air dalam jumlah besar dalam waktu singkat. Hal ini dengan sigap memicu kondisi banjir nan berbahaya.

Kota di Eropa perlu penyesuaian iklim

"Setiap kenaikan suhu tambahan sebesar satu derajat itu penting, lantaran perihal itu memperparah akibat bagi kehidupan kita, bagi perekonomian, dan bagi planet ini," kata Celeste Saulo, Kepala Organisasi Meteorologi Dunia. "Adaptasi adalah suatu keharusan."

Di tengah tren cuaca nan mengkhawatirkan ini, emisi gas rumah kaca nan memanaskan planet terus meningkat. Namun, laporan tersebut menyoroti secercah berita baik. Pada 2024, produksi daya terbarukan di Eropa mencapai titik tertinggi, dengan sekitar 45% daya berasal dari sumber nan ramah iklim, seperti tenaga surya, angin, dan biomassa.

Laporan tersebut juga memperingatkan negara-negara Eropa perlu memperkuat sistem peringatan awal dan langkah-langkah penyesuaian iklim, sesegera mungkin.

Menurut penulis laporan Samantha Burgess, pemanasan dunia jangka panjang lebih dari 1,5 derajat Celsius dapat menyebabkan setidaknya 30.000 kematian tambahan di Eropa akibat panas ekstrem pada tahun 2100.

Para peneliti mencatat, lebih dari separuh kota-kota Eropa sekarang telah mengangkat rencana penyesuaian suasana unik untuk menghadapi cuaca ekstrem dan melindungi warganya. Jumlah kota dengan rencana ini meningkat dari hanya 26% kota pada tujuh tahun lalu.

Paris, Milan, Glasgow, dan kota-kota di Belanda berada di urutan terdepan. Di antara inisiatif lainnya, para pemimpin kota menciptakan akomodasi untuk melindungi warganya dari panas ekstrem, memperluas ruang hijau untuk membantu mendinginkan wilayah perkotaan, dan membangun langkah-langkah perlindungan banjir.

Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Jerman
Diadaptasi oleh Arti Ekawati
Editor: Agus Setiawan

(ita/ita)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini