Mesir Tolak Usulan Israel Agar Kairo Kelola Gaza

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

loading...

Pemimpin oposisi Israel Yair Lapid berbareng PM Israel Benjamin Netanyahu. Foto/tasnim

KAIRO - Mesir menolak usulan apa pun untuk mengambil alih kendali Jalur Gaza, setelah seruan pemimpin oposisi Israel Yair Lapid agar Kairo mengelola wilayah Palestina untuk sementara.

Kantor buletin Anadolu melaporkan pada Rabu (26/2/2025), seorang ahli bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Mesir menyebut usulan tersebut sebagai "solusi setengah-setengah" nan bakal melanggengkan siklus bentrok alih-alih menyelesaikannya secara permanen.

"Usulan apa pun nan mengabaikan posisi Mesir dan Arab nan konstan, dan landasan nan kuat untuk menangani inti konflik, nan berangkaian dengan penarikan Israel dari wilayah Palestina nan diduduki dan pembentukan negara Palestina nan merdeka tidak dapat diterima," tegas ahli bicara Kemlu Mesir Tamim Khallaf.

"Usulan ini adalah solusi setengah-setengah nan hanya bakal memicu kembali bentrok alih-alih menyelesaikannya secara tuntas," ujar dia.

Juru bicara tersebut menegaskan kembali hubungan mendasar antara Gaza dan Tepi Barat nan diduduki, termasuk Yerusalem Timur, sebagai bagian dari wilayah Palestina nan merupakan negara Palestina masa depan.

Dia menekankan wilayah ini kudu berada di bawah kedaulatan dan manajemen penuh Palestina.

Pada hari Selasa, Lapid mengusulkan agar Mesir mengambil alih kendali Gaza hingga 15 tahun dengan hadiah pembatalan utang luar negerinya nan berbobot lebih dari USD150 miliar.

Lapid menyampaikan usulan tersebut dalam pidatonya di Foundation for Defence of Democracies (FDD) di Washington dan kemudian mengunggahnya di X, menurut harian Israel Maariv.

Lapid menyatakan selama 15 tahun, “Gaza bakal dibangun kembali dan kondisi untuk pemerintahan sendiri bakal tercipta. Mesir bakal menjadi pemain utama dan bakal mengawasi rekonstruksi, nan selanjutnya bakal memperkuat ekonominya.”

Mesir menguasai Jalur Gaza selama nyaris dua dasawarsa setelah pembentukan Israel pada tahun 1948, ketika milisi Yahudi merebut tanah Palestina dan melakukan pembantaian nan menyebabkan ratusan ribu orang mengungsi.