ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Menteri Kebudayaan Fadli Zon meresmikan Museum Sarkofagus di Kabupaten Gianyar, Bali, hari ini. Peresmian ini menjadi upaya dalam pelestarian dan penguatan kajian warisan megalitik, sekaligus menegaskan kembali narasi Indonesia sebagai salah satu pusat peradaban tertua di dunia.
"Sebagai peninggalan arkeologis, sarkofagus-sarkofagus ini menjadi jendela nan membuka wawasan kita terhadap gimana leluhur Nusantara memahami kehidupan, kematian, hubungan dengan alam semesta, dan apalagi sistem sosial prasejarah nan terorganisir. Museum ini datang untuk menghidupkan kembali narasi tersebut, sebagai pusat edukasi, riset, dan konservasi, agar generasi mendatang dapat memahami dan menghargai jejak panjang peradaban kita," ujar Fadli dalam keterangannya, Kamis (27/2/2025).
Fadli mengatakan museum ini menampilkan 33 koleksi sarkofagus dari beragam wilayah di Bali, nan pertama kali dikumpulkan oleh arkeolog senior Indonesia R.P. Soejono pada tahun 1958. Menurutnya, sarkofagus menjadi peninggalan krusial untuk memahami lebih dalam tentang keyakinan, norma, dan struktur masyarakat prasejarah.
Adapun keberadaan sarkofagus di Bali berangkaian erat dengan budaya megalitik di beragam wilayah Indonesia, mulai dari kubur batu di Sumba, liang alias makam tebing di Toraja, hingga pemakaman tempayan di Gilimanuk, Bali Barat.
"Jejak peradaban kita ini menunjukkan adanya hubungan antar-budaya sejak masa prasejarah," ungkap Fadli.
Lebih lanjut, Fadli menjelaskan dalam beragam kebudayaan, termasuk Mesir kuno, Yunani, dan Romawi, sarkofagus digunakan sebagai bagian dari kepercayaan terhadap transisi ke kehidupan berikutnya.
"Sarkofagus nan ditemukan di Bali ini apalagi lebih primitif sehingga bisa jadi lebih tua, dengan beragam motif ukiran nan tetap menjadi misteri. Kita bakal sorong kajian dan penelitian lanjutan terhadap temuan-temuan ini, untuk mengungkap lebih banyak info dan tata hidup masyarakat prasejarah Nusantara," tambahnya.
Dalam meningkatkan kesadaran masyarakat, Museum Sarkofagus dirancang lebih imersif dan edukatif. Dalam pengembangan digitalisasi dan multimedia interaktif, museum ini bekerja sama dengan Universitas Udayana dan Asosiasi Museum Indonesia (AMI).
Fadli berambisi aktivasi museum ini dapat membawa narasi peradaban antik lebih dekat dengan masyarakat. "Jika temuan ini hanya dibiarkan sebagai artefak statis, maka dia tidak bakal hidup. Perlu ada edukasi lebih lanjut bagi masyarakat, penelitian mendalam, serta pendekatan nan membikin generasi muda merasa dekat dengan sejarah ini," tegas Fadli.
Pada kesempatan ini, Fadli juga menyampaikan pentingnya mengembangkan museum-museum di Indonesia sebagai pusat edukasi, literasi, rekreasi, hingga seni dan ruang publik.
Saat ini, Indonesia mempunyai setidaknya 469 museum, termasuk nan dikelola oleh pemerintah pusat, daerah, swasta, dan perorangan. Angka ini, menurutnya tetap terbilang mini dibandingkan kekayaan dan keanekaragaman budaya Nusantara.
Untuk itu, dia mendorong konsep museum nan lebih fleksibel, termasuk model 'open-air museum,' di mana warisan budaya tak dibatasi oleh tembok bangunan. "Model seperti ini bisa menjadi bagian dari lingkungan nan lebih luas, tergantung pada konteks dan kebutuhan pelestariannya," jelas Fadli.
Tak lupa, Fadli juga mengapresiasi kerja tim Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XV, dengan support dari beragam pihak.
"Saya minta aktivasi Museum Sarkofagus ini dapat menumbuhkan rasa mau tahu dan minat nan lebih besar terhadap warisan leluhur kita. Semoga semakin banyak temuan nan dapat dikaji, dan semakin banyak generasi muda nan tertarik untuk mendalami sejarah peradaban kita," tutup Fadli.
Sebagai informasi, peresmian ini diakhiri dengan simulasi penggunaan info multimedia interaktif. Pada aktivitas ini, Fadli didampingi oleh Ketua AMI, Putu Supadma Rudana; Kepala Majelis Kebudayaan Bali, Prof. I Made Bandem; Kepala Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya, Abi Kusno; serta Anggota Dewan Pengawas Museum dan Cagar Budaya, Tamalia Alisjahbana.
(anl/ega)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu