10 Demonstrasi Terbesar Dalam Sejarah, Salah Satunya Pawai Perempuan

Sedang Trending 7 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

loading...

People Power menjadi salah satu demonstrasi terbesar di dunia. Foto/X/@HistorylandHQ

WASHINGTON - Beberapa demonstrasi terbesar dalam sejarah telah menjadi penentu dalam mengubah norma nan tidak adil, meminta pertanggungjawaban pemerintah, dan banyak lagi. Beberapa protes telah menarik begitu banyak orang ke jalan sehingga menjadi titik kembali dalam sejarah dunia.

Meskipun banyak protes besar tidak selalu mencapai tujuannya, protes-protes tersebut meninggalkan jejak di masyarakat, seringkali menginspirasi demonstrasi lain di seluruh bumi dan selama beberapa dekade.

10 Demonstrasi Terbesar dalam Sejarah, Salah SatunyaPawai Perempuan

1. Protes Petani India (2020-2021)

Melansir Live Mint, [ada awal Desember 2021, puluhan ribu petani di India nan memprotes rencana perubahan undang-undang mengenai produk pertanian mereka setuju untuk pulang. Hal ini mengakhiri demonstrasi nan telah diikuti sekitar 250 juta orang, menurut Pusat Sumber Daya Bisnis dan Hak Asasi Manusia.

Pemerintah Narendra Modi terpaksa mundur setelah 18 bulan beraksi. Undang-undang nan diusulkan bakal melonggarkan patokan seputar penjualan, penetapan harga, dan penyimpanan produk pertanian. Para petani mengatakan perihal ini bakal membikin mereka berjuntai pada perusahaan besar. Dengan sekitar separuh populasi nan terlibat dalam pertanian, akibat nan mungkin terjadi sangat besar.

Pada September 2020, para pekerja pertanian mulai memblokir jalan dan rel kereta api di negara bagian Punjab dan Haryana. Beberapa petani mulai membakar ladang mereka, sementara tindakan mogok makan oleh para pemimpin protes menyusul, lapor New York Times. Para pengunjuk rasa kemudian berbanjar ke Delhi, di mana pihak berkuasa mencoba mengusir mereka. Saat itu, protes tersebut mendapat support luas dan pada November 2020, lebih dari 250 juta pekerja melakukan tindakan mogok untuk mendukung para petani.

Pada Januari 2021, Mahkamah Agung India menangguhkan undang-undang tersebut, menurut The Guardian, tetapi para pengunjuk rasa menolak untuk berkompromi. Saat itu, ribuan orang menghadapi akibat suhu ekstrem serta Covid saat mereka berkemah di sekitar Delhi.

Modi mencabut undang-undang tersebut pada November 2021, dan para pengunjuk rasa mengundurkan diri beberapa minggu kemudian. Namun, mereka mengatakan perundingan dengan pemerintah di masa mendatang dapat membikin mereka kembali turun ke jalan, menurut Indian Express.

Baca Juga: 5 Revolusi Berdarah nan Membentuk Sejarah Dunia, Mayoritas Berujung Penggulingan Kekuasaan

2. George Floyd dan Black Lives Matter (2020)

Di tengah pandemi virus corona, pembunuhan seorang laki-laki memicu protes massal nan dengan sigap menyebar ke seluruh dunia. Pembunuhan George Floyd di Minneapolis, pada 25 Mei 2020, memicu gelombang kemarahan nan segera memicu demonstrasi massal nan melibatkan jutaan orang.

George Floyd meninggal setelah polisi Derek Chauvin menindih lehernya dengan dengkul selama lebih dari sembilan menit saat ditangkap. Sebuah video dirinya memohon support dan mengatakan dia tidak bisa bernapas menjadi viral. Dalam waktu 48 jam setelah kematiannya, ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan di beragam kota di Amerika, berebahan di lantai dan meneriakkan "Saya tidak bisa bernapas," menurut New Yorker.

Seminggu kemudian, protes telah digelar di 75 kota di AS. Kekerasan terjadi di beberapa tempat dan lebih dari 4.000 orang telah ditangkap, menurut CNN. Presiden AS Donald Trump mengatakan dia sedang mempertimbangkan intervensi militer.

Protes-protes tersebut sebagian dikoordinasikan oleh aktivitas Black Lives Matter. Protes-protes tersebut juga menjadi global, dengan isu-isu ras dan rasisme nan lebih luas memicu demonstrasi di beragam kota di seluruh dunia.

3. Pawai Perempuan (2017)

Ketika pensiunan pengacara, Teresa Shook, mengunggah rayuan tindakan di FB setelah kemenangan Donald Trump dalam pemilihan Presiden 2016, dia memulai serangkaian peristiwa nan kemudian mengarah pada protes satu hari terbesar dalam sejarah AS.

"Kita kudu berunjuk rasa," tulisnya di Pantsuit Nation, sebuah golongan pendukung Hillary Clinton. Sehari setelah pelantikan Trump, lebih dari separuh juta orang melakukan perihal nan sama di Washington D.C.

Mereka berasosiasi dengan jutaan orang lainnya di seluruh AS. Perkiraan resmi menyebut jumlah peserta sekitar 1,5% dari total populasi negara tersebut. Pada hari nan sama, 21 Januari 2017, pawai "sister" di seluruh bumi menarik ratusan ribu orang untuk mendukung, menurut London School of Economics.